Pada tanggal 10 Maret jam 3.45 subuh, president World Bank, Robert B. Zoellick berbicara mengenai 'Global Agenda' di Second Life. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan langka ini di mana Zoellick yang sedang berbicara di depan mahasiswa di University of Delaware, AS disimulcast di platform 3D Second Life (SL) sehingga peserta di SL juga bisa mendengarkan dan berinteraksi dengan sang presiden World bank secara bersamaan (real time)


Jam 3 subuh alarm saya menyala dan saya sudah bersiap-siap menyalakan komputer sembari menggoreng ikan di dapur untuk sarapan. Saya langsung menteleport diri saya ke University of Delaware sim di Sl dan mengambil tempat duduk. Tempat dilangsungkannya acara ini sudah penuh dengan avatar. Tepat jam 3.45 pagi, acara dimulai. Robert B. Zoellick mulai berbicara mengenai berbagai macam topik global. Sementara perserta diskusi fisik di university of delaware tidak bisa menimpali pembicaraan Zoellick, peserta di SL bisa langsung menimpali di local chat.


Sesi yang berlangsung selama 1 jam itu berlalu dengan cepat. Karena keterbatasan waktu maka sesi tanya jawab dibatasi, 2 pertanyaan dari peserta fisik dan 2 pertanyaan dari peserta di SL. Pertanyaan yang sangat menarik dari peserta di SL adalah "Kenapa presiden World Bank selama ini hanya dijabat oleh orang Amerika dan kenapa markas besar World Bank juga di Amerika?" dan "Kebijakan ekonomi selalu efek terburuknya diderita wanita dan anak-anak. Bagaimana tanggapan World Bank mengenai hal itu?" Wuih.... kritis sekali pertanyaannya.


Selama sesi tanya jawab berlangsung, beberapa peserta mulai mengeluarkan papan-papan demonstrasi. Baru pertama kali ini saya menyaksikan demonstrasi virtual, tajam tetapi damai dan aman. Kapan lagi bisa mengungkapkan uneg-uneg kepada presiden World Bank langsung bukan?


Hal yang paling menarik yang saya pelajari dari sesi ini adalah pentingnya bagi kita dan murid-murid kita untuk belajar langsung dari segala peristiwa yang kita alami dalam hidup, dalam hal ini ekonomi, dan berinteraksi langsung dengan mereka yang terlibat di dalamnya. Waktu dulu saya belajar tentang ekonomi di bangku sekolah, pelajaran ini sangat membosankan dan tidak bermakna sama sekali. Terlebih lagi, pelajaran ekonomi dianggap sebagai pelajaran hafalan. Ini terjadi karena murid di sekolah benar-benar dipisahkan dari kehidupan nyata sehingga mereka hanya diajar untuk mengimani textbook (yang kadang kaualitasnya mengenaskan).

Semoga teknologi dunia virtual 3D bisa menjembatani apa saja yang selama ini menajadi penghalang bagi murid-murid untuk bisa belajar dari nara sumber secara langsung, berinteraksi dengan dunia nyata dan belajar dari kehidupan nyata & untuk kehidupan nyata.


Ah...... tidak harus jauh-jauh pergi ke New York untuk bisa belajar dari atau protes kepada presiden World Bank. Just a click away.....



 
I love ART. So when my friend Marcel told me about an art exhibition by Indonesian Maestros in NCftB Art Space, I teleported instantly. It was exciting to see the works of Affandi, Raden Saleh and Sudjojono and learn about these artists' biography. I saw these physical works of art a few months ago at Indonesian Fine Art Museum. It took me three hours to go to the museum from my house in a jammed Jakarta. It took me just 2 seconds in Second Life..hee hee