Als ik eens Nederlander was oleh Ki Hajar Dewantara
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Als ik een Leraar was oleh Ines Puspita
“Sekiranya aku seorang guru, aku tidak akan merayakan kemenangan kelulusan UN dari murid-murid yang telah kita rampas sendiri kemerdekaan belajarnya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk meyuruh murid-murid ini untuk melakukan segala cara untuk lulus demi sebuah keberhasilan semu. Ide menilai hasil pendidikan hanya dari nilai UN saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk juga hak belajar hakiki mereka dengan mengkerdilkan hakikat pendidikan menjadi soal pilihan ganda. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin ini! Kalau aku seorang guru, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan seprofesiku ialah kenyataan bahwa murid-murid diharuskan ikut menyokong suatu kegiatan yang minim hubungannya dengan pendidikan yang sebenarnya dan tidak ada kepentingan sedikitpun bagi mereka.”
Ditulis sebagai bentuk keprihatinan pribadi atas dijadikannya UN sebagai satu-satunya tolok ukur keberhasilan pendidikan oleh sebagian besar kita.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Als ik een Leraar was oleh Ines Puspita
“Sekiranya aku seorang guru, aku tidak akan merayakan kemenangan kelulusan UN dari murid-murid yang telah kita rampas sendiri kemerdekaan belajarnya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk meyuruh murid-murid ini untuk melakukan segala cara untuk lulus demi sebuah keberhasilan semu. Ide menilai hasil pendidikan hanya dari nilai UN saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk juga hak belajar hakiki mereka dengan mengkerdilkan hakikat pendidikan menjadi soal pilihan ganda. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin ini! Kalau aku seorang guru, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan seprofesiku ialah kenyataan bahwa murid-murid diharuskan ikut menyokong suatu kegiatan yang minim hubungannya dengan pendidikan yang sebenarnya dan tidak ada kepentingan sedikitpun bagi mereka.”
Ditulis sebagai bentuk keprihatinan pribadi atas dijadikannya UN sebagai satu-satunya tolok ukur keberhasilan pendidikan oleh sebagian besar kita.